
Marah merupakan respons alami dan naluriah dalam diri seseorang sebenarnya tidak ada yang salah dengan meluapkan emosi melalui kemarahan, selama dilakukan dalam batas yang wajar. Namun hati-hati jika hal ini terlalu sering terjadi, apalagi tanpa alasan yang tidak jelas. Suka marah-marah tanpa alasan yang jelas bisa menjadi salah satu tanda gangguan kepribadian pada seseorang.
Sebelum kita membahas tentang gangguan kepribadian seseorang, kita bahas dulu faktor dan pemicu kemarahan.
Faktor Pemicu Kemarahan
Terdapat banyak hal yang dapat memicu kemarahan, seperti stres, masalah keluarga, dan masalah keuangan. Kemarahan sebenarnya bukanlah suatu gangguan mental. Namun, ia dapat mengindikasikan seseorang mempunyai masalah lain. Berikut adalah lima penyebab seseorang sulit mengendalikan marah.
1. Depresi
Marah dapat menjadi gejala depresi. Hal ini ditandai dengan perasaan sedih dan kehilangan minat yang berlangsung selama, setidaknya, dua minggu. Orang dengan kondisi depresi dapat menekan kemarahannya atau juga melampiaskannya.
Intensitas dari kemarahan sendiri berbeda-beda setiap orang. Namun, jika seseorang mengalami depresi, hal lain yang mungkin juga dialaminya adalah mudah tersinggung, kehilangan energi, perasaan putus asa, dan pikiran untuk melukai diri sendiri atau bunuh diri.
2. OCD
Obsessive compulsive disorder atau OCD adalah gangguan kecemasan yang ditandai dengan pikiran obsesif dan perilaku kompulsif. Seseorang dengan OCD memiliki pikiran, dorongan, atau gambaran yang tidak diinginkan dan mengganggu, yang mendorong mereka untuk melakukan sesuatu secara berulang.
Sebagai contoh, mereka mungkin melakukan ritual tertentu, seperti menghitung ke suatu angka atau mengulang kata atau frasa karena keyakinan irasional bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi jika mereka tidak melakukannya.
Sebuah studi menemukan bahwa kemarahan adalah gejala umum OCD. Hal ini memengaruhi sekitar setengah dari penderita OCD. Kemarahan dapat terjadi karena frustrasi dengan ketidakmampuan untuk mencegah pikiran obsesif dan perilaku kompulsif atau karena ada seseorang atau sesuatu yang mengganggu kemampuan penderita OCD untuk melakukan ritual.
3. Alkohol
Penelitian menunjukkan bahwa meminum alkohol dapat meningkatkan agresi. Alkohol merupakan faktor yang berkontribusi pada sekitar setengah dari semua kejahatan kekerasan yang dilakukan di Amerika Serikat.
Penyalahgunaan alkohol, atau alkoholisme, mengacu pada mengonsumsi terlalu banyak alkohol sekaligus atau secara teratur. Alkohol mengganggu kemampuan seseorang untuk berpikir jernih dan membuat keputusan yang rasional. Hal ini memengaruhi kontrol impuls dan dapat mempersulit seseorang untuk mengendalikan emosi.
4. ADHD
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf yang ditandai dengan gejala-gejala seperti kurangnya perhatian, hiperaktif, dan atau impulsif. Gejala biasanya dimulai pada masa kanak-kanak dan berlanjut sepanjang hidup seseorang. Beberapa orang tidak terdiagnosis hingga usia dewasa, yang terkadang disebut sebagai ADHD dewasa.
Kemarahan dan temperamen yang pendek juga dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia dengan ADHD. Gejala lainnya meliputi kegelisahan, masalah pemusatan perhatian, dan keterampilan manajemen waktu atau perencanaan yang buruk.
5. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan perubahan suasana hati seseorang secara dramatis. Perubahan suasana hati yang intens ini dapat berkisar dari mania hingga depresi, meskipun tidak semua orang dengan gangguan bipolar akan mengalami depresi.
Banyak orang dengan gangguan bipolar dapat mengalami periode kemarahan, mudah tersinggung, dan mengamuk. Selama episode marah, seseorang mungkin mengalami mudah gelisah, merasa euforia, memiliki pikiran yang berpacu, dan terlibat dalam perilaku impulsif atau sembrono. Sedangkan selama episode depresi, seseorang mungkin akan merasa sedih, putus asa, atau menangis; kehilangan minat pada hal-hal yang pernah dinikmati.
Mengenal Gejala BPD
Sering marah-marah bisa menjadi gejala gangguan BPD (borderline personality disorder) atau gangguan kepribadian ambang. Kondisi ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang sering berubah-ubah dan perilaku yang impulsif. Seseorang yang mengalami BPD memiliki cara pikir, cara pandang, serta perasaan yang berbeda dibanding orang lain pada umumnya.
Baca Juga: 5 Aktivitas Untuk Meningkatkan Hormon Kebahagiaan.
Penyebab Borderline Personality Disorder
Sampai saat ini, belum jelas dan pasti apa yang menyebabkan gangguan kepribadian ambang.
Namun, para ahli menduga kondisi ini terjadi karena beberapa hal berikut:
1. Pelecehan dan trauma
Seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual, emosional atau fisik memiliki risiko BPD yang lebih tinggi.
Pengabaian, perlakuan yang salah atau perpisahan dari orang tua juga meningkatkan risiko gangguan kepribadian ambang.
2. Genetika
Gangguan kepribadian ambang diturunkan pada keluarga. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga BPD, punya risiko mengembangkan kondisi tersebut.
3. Perubahan otak
Pada orang dengan BPD, bagian otak yang mengontrol emosi dan perilaku tidak tersinkronisasi dengan baik. Masalah ini memengaruhi cara kerja otak.
Faktor Risiko
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko borderline personality disorder. Faktor tersebut antara lain:
- Pewarisan sifat. Seseorang mungkin lebih berisiko mengalami gangguan kepribadian ambang apabila memiliki ibu, ayah, saudara lelaki atau perempuan yang memiliki kelainan serupa.
- Trauma masa kecil. Individu yang pernah mengalami pelecehan, kekerasan fisik atau trauma lainnya ketika kecil lebih berisiko mengalami BPD di kemudian hari.
Gejala Borderline Personality Disorder
Gejala BPD biasanya muncul pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa.
Peristiwa yang mengganggu atau pengalaman yang membuat stres dapat memicu gejala atau memperburuknya.
Seiring waktu, gejala biasanya berkurang dan mungkin hilang sama sekali. beberapa orang mungkin hanya memiliki beberapa gejala, tapi lainnya bisa mengalami gejala yang lebih gejala pun kerap dianggap sebagai bipolar karena sangat mirip.
Berikut gejala yang mengindikasikan borderline personality disorder:
1. Perubahan suasana hati secara intens
Individu dengan BPD bisa mengalami perubahan suasana hati secara mendadak terhadap diri sendiri maupun orang lain.
Emosinya yang muncul bisa sangat irasional, seperti kemarahan, ketakutan, kecemasan, kebencian, dan kesedihan yang tidak terkendali.
Pengidapnya juga mungkin bisa marah atau menyerang orang lain dan cenderung kesulitan untuk menenangkan dirinya sendiri.
2. Takut ditinggalkan
Perasaan ini sangat umum terjadi pada pengidap BPD. Mereka tidak nyaman dengan kesendirian dan takut penolakan sampai ditinggalkan oleh orang lain.
Dalam kasus yang ekstrem, pengidap bisa nekat untuk melacak keberadaan orang yang mereka cintai atau mencegah orang tersebut pergi.
3. Sulit mempertahankan hubungan
Sebagian besar pengidap BPD kesulitan mempertahankan hubungan. Persahabatan, pernikahan, dan hubungan dengan anggota keluarga seringkali kacau dan tidak stabil.
4. Perilaku impulsif dan berbahaya
Pengidap BPD juga kerap impulsif dan melakukan perilaku yang berbahaya, seperti mengemudi sembrono, berkelahi, berjudi, penyalahgunaan zat, dan aktivitas seksual yang tidak aman. Perilaku ini bisa sulit atau tidak terkendali
5. Menyakiti diri sendiri
Seseorang dengan borderline personality disorder bisa memotong, membakar atau melukai diri sendiri sampai memiliki pikiran untuk bunuh diri.
6. Depresi
Banyak orang dengan BPD sering merasa sedih, bosan, tidak terpenuhi atau “kosong.” Perasaan tidak berharga dan membenci diri sendiri juga umum terjadi.
7. Paranoia
Orang-orang yang mengidap BPD sering merasa khawatir terhadap pemikiran orang lain.
Mereka takut bahwa orang lain tidak menyukai dirinya atau tidak ingin menghabiskan waktu bersama.