Tetap Terhubung

Contact Form
Edit Template

Kisah Hasan Al-Bashri di Bawah Kilatan Pedang Algojo

Hasan al-Bashri adalah seorang sufi besar yang lahir di Madinah dari seorang budak yang dimerdekakan, yang bernama Khairah. Ia tinggal di Bashrah dan dikenal sebagai ulama besar, imam besar, dan seorang tabiin besar yang ahli dalam bidang tafsir dan fiqih.

Mengenal lebih dekat Hasan Al-Basri

Pada usia 14 bulan, Al-Hasan pindah ke kota Basrah, Irak, dan menetap di sana. Dari sinilah Al-Hasan mulai dikenal dengan sebutan Hasan Al-Bashri.

Hasan Al-Bashri adalah ulama besar dalam sejarah Islam. Ia memiliki nama lengkap Abu Said Al-Hasan bin Yassar Al-Bashri. Wajahnya rupawan, akhlaknya begitu memesona, setiap tutur katanya hikmah, setiap perangainya adalah tauladan. Bak orang hebat zaman now setiap orang berlomba untuk menjadi yang paling dekat dengannya.

Para orang tua berharap dia bisa menjadi anaknya atau paling tidak keturunannya bisa seperti dia. Kaum hawa segan tapi suka dan berharap menjadi bagian dari kehidupannya. Itulah seorang ‘alim yang keilmuannya melebihi batas zamannya. Beribu orang bejubel menghadiri majelis keilmuannya, menyentuh setiap relung hati pendengarnya, menggiring orang untuk kembali ke pangkuan Rab-Nya.Hasan kemudian dikategorikan sebagai seorang Tabi’in (generasi setelah sahabat).

Dimana beliau pernah berguru langsung kepada beberapa orang sahabat Rasulullah S.A.W. Antara lain: Utsman bin Affan, Abdullah bin Abbas, Ali bin Abi Talib, Abu Musa Al-Asy’ari, Anas bin Malik, Jabir bin Abdullah dan Abdullah bin Umar.

Al-Ghazali bahkan pernah berkata, “Perkataan Hasan Al-Bashri mendekati perkataan Rasulullah SAW. Petunjuk yang didapatnya hampir sama dengan petunjuk para sahabat.”

Berbagai cabang pemikiran yang tumbuh dalam sejarah Islam, seperti teologi, hukum Islam, dan tasawuf berpangkal dari ajaran Hasan Al-Bashri. Ia juga sebagai sanad (sandaran) periwayatan sejumlah hadits.

Ketika Hasan Al-Bashri Meluluhkan Hati Penguasa Irak

Salah satu kisah fenomenal dari seorang Hasan Al-Basri adalah keberaniannya mengatakan yang haq di hadapan seorang Hajjaj bin Yusuf al-Tsaqafi (w.95 H). Dia seorang pemimpin yang dikenal sejarawan sebagai pemimpin zalim. Ribuan nyawa tak berdosa telah tumpah ditangannya, bahkan salah satunya adalah seorang sahabat Nabi yang sangat masyhur. Abdullah bin Zubair bin ‘Awwam (w.73 H) radiyallâhu ‘anhumâ, salah satu tokoh Haramain (kota Mekkah & Madinah) kala itu.

Kejadian tersebut bermula saat Khalifah bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan (w.86 H) menjadikan Hajjaj sebagai gubernurnya di Irak. Dari sanalah bermula petualangan sang gubernur. Salah satunya adalah dengan membangun sebuah istana megah sebagai pusat administrasi kegubernuran di Wasith—wilayah ini sekarang telah dimasukkan kedalam daftar situs warisan dunia oleh UNESCO—sebuah daerah antara Baghdad dan Basra di Irak.

Istana megah tersebut “sepertinya” memang lazim bagi sang gubernur. Hanya saja sikap sombong dan pongahnya terhadap rakyat Basra yang membuat sang alim Hasan Al-Basri geram. Hajaj menyuruh rakyat Basra datang, kemudian memuja-memuji sang gubernur dan istananya, hal yang dapat melunturkan akidah. Dengan lantang beliau berkata:

“Wahai kaumku, sesungguhnya Firaun telah membangun istananya lebih megah dari yang kalian lihat. Kemudian ia berlaku angkuh. Lalu Allah ta’ala tenggelamkan, maka istananya tersebut tak sedikit pun menyelamatkannya. Wahai kaumku, kembalilah kalian kepada jalan-Nya. Sesungguhnya Dia lah sebaik-baik tempat kalian kembali”.

Dahsyatnya Doa Hasan Al-Basri, Lunakkan Kerasnya Hati Hajaj

Baca Juga: Apa Yang Harus Aku Lakukan?, Ketika Iman Turun.

Keesokan harinya Hajjaj menghadiri pertemuan bersama para pejabatnya dengan memendam amarah dan berkata keras: “Celakalah kalian! Seorang dari budak-budak Basrah itu memaki-maki kita dengan seenaknya dan tak seorang pun dari kalian berani mencegah dan menjawabnya. Demi Allah, akan kuminumkan darahnya kepada kalian wahai para pengecut!” Hajjaj memerintahkan pengawalnya untuk menyiapkan pedang beserta algojonya dan menyuruh para tentaranya untuk menangkap Hasan Al-Basri.

Dibawalah Hasan Al-Basri, semua mata mengarah kepadanya dan hati mulai berdebar menunggu nasibnya. Begitu Hasan Al-Basri melihat algojo dan pedangnya yang terhunus dekat tempat hukuman mati, beliau menggerakkan bibirnya membaca sesuatu. Lalu berjalan mendekati Hajjaj dengan ketabahan seorang mukmin, kewibawaan seorang muslim, dan kehormatan seorang da’i di jalan Allah. Demi melihat ketegaran yang demikian, mental Hajjaj menjadi ciut. Terpengaruh oleh wibawa Hasan al-Basri, dia berkata ramah: “Silahkan duduk di sini wahai Abu Sa’id, silahkan..”

Seluruh yang hadir menjadi bengong dan terheran-heran melihat perilaku amirnya yang mempersilahkan Hasan al-Basri duduk di kursinya. Sementara itu, dengan tenang dan penuh wibawa Hasan al-Basri duduk di tempat yang disediakan. Hajjaj menoleh kepadanya lalu menanyakan berbagai masalah agama, dan dijawab Hasan al-Basri dengan jawaban-jawaban yang menarik dan mencerminkan pengetahuannya yang luas.

Sesampainya di luar istana, pengawal yang mengikuti Hasan al-Basri berkata, “Wahai Abu Sa’id sesungguhnya ketika Anda masuk dan melihat algojo dengan pedangnya yang terhunus, saya lihat Anda membaca sesuatu, apa sebenarnya yang Anda lakukan ketika itu?”

Beliau berkata, (Aku berdoa) “Wahai Yang Maha Melindungi dan tempatku bersandar dalam kesulitan, jadikanlah amarahnya menjadi dingin dan menjadi keselamatan bagiku sebagaimana Engkau jadikan api menjadi dingin dan keselamatan bagi Ibrahim.”

Kamu juga bisa mendengarkan kisah Hasan Al Basry melalui kajian Ustadzah Halimah Alaydrus.

Jangan lupa subscribe channel dan aktifkan notifikasi untuk mendapatkan video terbaru berikutnya dari Ustadzah Halimah Alaydrus.

Bagikan ke Temanmu

Postingan populer

  • All Post
  • Kesehatan
  • Lainnya
  • Lifestyle
  • Lingkungan Alam
  • Pendidikan
  • Program
  • Psikologi
  • Serba Serbi Dunia Islam
  • Teknologi
    •   Back
    • Dzikir & Doa bersama
    • Bimbingan Belajar
    • Santunan Yatim
    • Wakaf
    • Saras Lansia
    • Kegiatan Ramadhan
    • Qurban
    • Khitan Massal
    •   Back
    • Kisah Inspirasi

Kategori

Informasi: semua dana donasi yang terhimpun di Yayasan Lazuardi murni disalurkan untuk kepentingan sosial, dan BUKAN untuk tujuan pencucian uang, terorisme, maupun tindak kejahatan lainnya.

Ikuti kami

Copyright © 2024 Yayasanlazuardi Indonesia. All Rights Reserved